Jumat, 06 Agustus 2010

Putri yang Mencari Hati Raja

Nun jauh disana,,,,
Jauh dari keramaian kota, yang begitu tenang, teduh, segarnya udara pagi dan begitu anggun untuk dinikmati, seanggun kisah cinta sepasang muda mudi cilik yang masih ingusan dan terjebak dalam kisah cinta monyet, Raja dan Putri (ya….bagi mereka berdua itu adalah hal yang belum pernah mereka rasakan dan sangat berarti bagi keduanya dan mungkin lebih tepatnya cinta yang tak berujung…hehe).

Putri sosok gadis cilik yang saat itu tak tahu apa-apa, Putri yang begitu polos, Putri yang sangat kesepian ditengah-tengah keluarga dan harus memikirkan bagaimana hari esok kelak? Namun semua itu terhapus, disaat pagi tiba untuk memulai hari dan berangkat ke sekolah yang sangat dekat dengan rumahnya. Tentu saja, karena hanya di sekolahlah Putri dan Raja dapat bertemu dan itu membuat segala beban Putri hilang...saat disamping Raja.

Walau saat itu usia mereka masih belia dan mereka berdua tahu kalau “pacaran itu kata mamah ga boleh”. Tapi dengan dorongan hati yang saat itu membara, semuanya tak jadi masalah untuk mereka berdua, karena “mamah ga akan tau ko”. Banyak hal yang mereka lalui selama di sekolah. Saling melirik satu sama lain saat akan dimulainya pelajaran adalah hal yang tak pernah terlewatkan, atau mencoba berkirim pesan lewat teman. Dalam hati Putri berucap “Semoga Raja beneran jadi pacar Putri selamanya...”, diakhiri dengan senyum kecil di ujung bibirnya. Dan Raja, dia selalu memberikan tatapan yang sejuk dan senyuman manis yang selalu tersungging di bibirnya untuk Putri. Namun saat pulang sekolah semuanya berubah, tak ada sosok Raja di rumahnya, begitu pun sebaliknya. Mereka terlalu lugu untuk sekedar ‘berkencan’ saat itu. Untuk menghilangkan rasa kangen, yaaa jalan satu-satunya adalah saling berkirim surat lewat sahabat.

Cinta putih pun bersemi di dalam hati kedua insan muda mudi cilik itu. Dikala langit biru memayungi hati mereka dan indahnya danau yang terbentang luas dihadapan Putri seakan berkata bahwa cinta mereka bukan hanya seluas danau dihadapannya kini, tapi lebih luas lagi...mungkin seluas lautan tak berujung. Danau yang dikelilingi hijaunya pohon dan harumnya bunga yang saat itu tak sungkan menebarkan wanginya keseluruh penjuru di danau itu dan Putri yang mencuri-curi waktu untuk bertemu Raja di tepi danau menghirup betapa segarnya udara yang bercampur wangi bunga. Tak lama kemudian, seseorang yang ditunggu-tunggu pun muncul. Dari kejauhan Raja melambaikan tanggannya dan disambut oleh lambaian mungil tangan Putri. Dalam hati mereka berdua menyimpan begitu besar harapan agar mereka tetap bersama. Raja berlari kecil menghampiri Putri seolah tak ingin membiarkan Putri menunggu terlalu lama. Raja tampak begitu ceria dengan senyum manis yang selalu tersungging di bibirnya.
“Maaf ya Put...tadi mama nyuruh Raja bantuin papa nyuci motor. Lama ya nungguinnya?”, dengan wajah memelas berharap Putri tidak marah padanya karena menunggu terlalu lama.
“Oooo...ga apa-apa ko Ja...”, jawab Putri malu-malu.
Mereka berdua pun duduk di tepi danau yang begitu tenang dan hembusan angin sesekali memainkan rambut Putri yang terurai. Raja pun membuka percakapan.
“Sebentar lagi kita lulus, Putri mau lanjutin sekolah dimana?”, tanya Raja.
“Putri lanjutin di sini, Raja juga kan?”, jawab Putri dengan melirik ke sosok yang ada disampingnya, dengan tersenyum Raja menjawab.
“Iya...Raja juga disini ko. Kita akan sekelasa ga ya? Raja harap kita bisa sekelas, kan enak tiap hari bisa ketemu, tanpa harus nyari ke kelas-kelas, iya kan?”
“Semoga aja ya! Putri juga pengennya gitu...tapi kan pihak sekolah sana yang nentuin....hmmm...”.
Angin lembut membawa keduanya larut dalam ketenangan dan angan-angan yang ada di benak masing-masing. Tiba-tiba Raja berkata, “Putri...Raja pengen ngelindungin Putri dari orang-orang yang gangguin Putri, Raja ga mau Putri sedih, Raja akan membuat Putri bahagia selamanya....”
Untuk beberapa saat Putri terpaku pada sosok disampingnya, seakan pohon-pohon yang ditiup angin dan riak air danau berhenti, terhipnotis oleh apa yang baru di katakan Raja padanya. Bibir tipisnya mengembangkan senyum yang indah, karena dia tak tahu harus berkata apa. Raja pun memegang lembut tangan Putri, dan Putri pun akan selalu mengingat kisah indah ini.

Raja dan Putri kini memasuki babak baru...Ya! sekolah baru, teman baru, seragam baru dan pelajaran yang baru pula. Namun mereka tidak sekelas, tidak seperti apa yang diharapkan ketika berbincang ditepi danau waktu itu. Walaupun begitu tidak membuat mereka untuk tidak saling bertemu. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu bersama seperti berangkat dan pulang sekolah bersama, makan siang bersama, dan terkadang belajar kelompok pun bersama.

Tiga tahun itu membuat mereka semakin erat, namun tiga tahun itu adalah waktu yang sangat singkat bagi keduanya. Karena pada akhirnya mereka akan berpisah untuk waktu yang tidak dapat dipastikan.....
Di tepi danau yang tenang itu, mereka bertemu untuk kesekian kalinya, namun kali ini bunga-bunga tidak bermekaran seperti tiga tahun silam ketika Raja mengatakan akan membahagiakan Putri untuk selamanya.
“Raja...”, Putri memulai pembicaraan, “Putri akan pindah dari desa ini ke kota...”
Raja yang duduk disampingnya mendadak berubah posisi menghadap Putri.
“Pindah?!! Kalau pindah, berarti sekolah Putri juga pindah donk??”, dengan raut muka tak percayanya.
“Iya....”, jawab Putri disertai anggukan lesu.
“Putri pindah, soalnya orang tua Putri dipindah tugasin, makanya keluarga sepakat untuk pindah.”
Raja hanya diam tertunduk, seakan mulutnya terkunci, namun tak lama kemudian dia berkata dengan suara lirih, “Raja udah janji untuk menjaga Putri, ngelindungin Putri, buat Putri bahagia selamanya...kalau Putri pindah, Raja gimana.....?”
Mata sayu Putri pun mulai berkaca-kaca, tak tahu harus berkata apa, butiran air mata pun jatuh di pipi Putri...mata yang sayu itu pun tak mampu menampung luapan kesedihan yang kini menghadapinya, menangis...itulah yang kini Putri lakukan. Namun Raja mencoba menenangkan tangisan Putri dengan memeluk gadis yang dia kenal sejak kecil itu, walau sebenarnya hati Raja tidak menginginkan hal ini terjadi. Di pelukan Raja, Putri merasakan sesuatu yang tenang...setenang danau dihadapan mereka kini. Bila boleh Putri memilih antara pindah ke kota dengan dipelukan Raja, tentunya dipelukan Rajalah yang akan Putri pilih, karena hanyalah Raja yang mampu memberikan kebahagiaan di hati Putri.

Tujuh tahun berlalu dari semua kenangan itu, namun tidak membuat Putri melupakan Raja. Putri berusaha untuk mencari keberadaan kekasih hatinya yang kini tak tahu dimana dan untuk siapa kini hati Raja berlabuh. Apakah Raja masih seperti yang dulu, tersenyum manis dan ceria? Putri tak tahu....Namun satu hal yang Putri ingat adalah, bahwa Raja akan membahagiakan Putri selamanya dan Putri masih berharap Raja untuk berada di sisinya. Cinta monyetnya sekaligus cinta pertamanya akan selalu tertanam di relung hatinya. Putri berharap suatu hari nanti atau bahkan dikehidupan yang abadi, Raja meraih tangan Putri dengan senyum manis itu dan tak pernah melepasnya lagi....

Dan danau itu...
Putri ingin mengunjunginya sekali lagi, disaat Raja berada disisinya untuk menikmati dan menyelami kenangan-kenangan yang terlewatkan bersama bunga-bunga yang bermekaran menebarkan wanginya ke seluruh sudut ruang jiwa.

Depok, 22 Juni 2007
Jumat 02.00 WIB


Mellanie