Senin, 12 Desember 2011

Menapakimu......Lawu (Part 3)

Cerita sebelumnya...
Kejadian copet tadi membuat seisi gerbong waspada, tak terkecuali aku. Itu adalah pelajaran yang patut kita petik hikmahnya, kita sebagai manusia harus tetap terjaga dengan keadaan di sekelilingnya, waspada dalam situasi apapun.
 
Badanku remuk redam. Dan kami belum juga sampai Solo. Sedangkan sang surya sudah menampakkan dirinya dengan sinarnya yang cerah. Tak berapa lama lagi kami akan sampai di stasiun Solo Jebres—mungkin.
Pukul 09.00 WIB, kami sampai di stasiun Solo Jebres. Lumayan sepi stasiun ini, apa karena masih pagi? Pikirku. 

Kami berlima menyusuri jalan rel kereta api untuk menghemat waktu. Karena kami harus mengejar bis yang menuju Tawangmangu. Melihat sekeliling kota Solo dari kaca bis, ternyata tidak jauh berbeda dari kota-kota lainnya banyak bangunan di sana-sini, kecuali yang membedakan adalah bahasa. 

Sesampainya di terminal Tawangmangu, kami harus menaiki mobil sejenis mikrolet untuk tujuan kami yang terakhir yaitu Cemoro Sewu. Tak lama kami turun dari bis, orang-orang berhamburan menghampiri kami untuk menawarkan tumpangan. Keterlaluan memang, ada salah satu sopir yang memaksa kami untuk ikut mobilnya, padahal di dalam sudah penuh sesak, mau ditaro dimana kami berlima plus bawaan kami? Walaupun berjalan cukup alot untuk lepas dari supir itu—tentu saja si supir tidak mau rugi mendapatkan tumpangan seperti kami, yang mungkin menurutnya akan mendapatkan banyak untung—tapi akhirnya kami dapat tumpangan yang lebih layak untuk kami tumpangi.

Ku hirup udara dalam-dalam, hmmm…udara di sini sungguh sejuk, bertolak belakang dengan keadaan sewaktu kami menaiki kereta, dimana semua bercampur aduk menjadi satu, sumpek, bau, berisik, pedagang yang hilir mudik menjajakkan makanan, copet, dan lain sebagainya. Aku merindukan udara seperti ini, pikiranku melayang kembali ke masa silam—dimana aku dan keluargaku merantau ke daerah Ciamis, daerahnya dingin sama seperti di sini. Setiap pagi jika akan berangkat ke sekolah, aku dan kawan-kawanku terkadang memperagakan orang yang sedang merokok, mengeluarkan embun dari mulut kami, mempermainkannya seolah kami sedang menghisap rokok. Tersenyum sendiri, mengenang kekonyolan kami waktu kecil. Rasanya ingin kembali lagi ke masa-masa itu, namun di sisi lain aku tak ingin merasakan rasa sakit dan benci seperti yang kualami dulu.

Kulayangkan pandang dari kaca jendela mobil, tentram sekali penduduk disini, pikirku. Melimpah akan hasil bumi, karena ku lihat di kanan dan kiri terbentang perkebunan wortel dan beraneka macam sayuran.
Penumpang terakhirpun turun, itu berarti hanya tinggal kami berlima di mobil kecil itu. Jalanan yang berliku dan menanjak kami lalui untuk sampai tujuan. Ku lihat dari kejauhan bangunan-bangunan rumah yang tersusun unik, namun tidak terkesan padat seperti di kota, serta tak bosan-bosannya aku menyapu seluruh kawasan hijau yang kami lalui. Jauh dari keramaian kota. Ini yang aku cari! ;)

To be continue….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar